Batik Indigo Terbaru

Batik adalah seni membuat gambar pada kain dengan menggunakan malam sebagai penghalang. Teknik ini telah digunakan sejak zaman dahulu dan terus menjadi salah satu kebanggaan Indonesia. Batik memiliki banyak jenis dan motif yang berbeda, salah satunya adalah batik indigo. Batik indigo adalah batik yang diwarnai dengan pewarna alami indigo yang diperoleh dari tumbuhan indigofera.

Sejarah batik indigo dapat ditelusuri kembali ke zaman prasejarah. Pewarna alami dari tumbuhan indigofera telah digunakan di seluruh dunia selama ribuan tahun sebagai pewarna untuk tekstil. Di Asia, indigofera telah digunakan sebagai pewarna sejak zaman Mesir Kuno dan kemudian menyebar ke India dan China.

Di Indonesia, batik indigo juga memiliki sejarah yang panjang. Batik indigo pertama kali dikenal di Pulau Jawa pada abad ke-19. Pada saat itu, batik indigo menjadi sangat populer di kalangan keluarga kerajaan Jawa. Batik indigo seringkali digunakan untuk membuat pakaian resmi seperti kebaya dan baju kurung.

Ciri Khas Batik Indigo

Batik indigo memiliki ciri khas yang membedakannya dari jenis batik lainnya. Beberapa ciri khas batik indigo yang dapat diidentifikasi antara lain:

Dengan ciri khasnya yang khas, batik indigo telah menjadi salah satu kebanggaan Indonesia dan menjadi daya tarik bagi wisatawan dan pecinta batik di seluruh dunia.

Ferry Sugeng Santoso, Pemilik Alam Batik di Desa Gunting, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan mulai mengembangkan tanaman Indigofera Stubilantes sebagai penghasil warna “colour of the King”.

Saat ditemui di rumahnya, Minggu (27/06/2021) siang, Ferry mengungkapkan, tanaman Indigo adalah sejenis perdu dengan bentuk daun yang lebat dan bulat dan bisa menjadi tinggi maksimal 1-1,5 meter.

Tanaman ini dikenal dengan sebutan tanaman nila yang berasal dari Jepang dan banyak dikembangkan di daerah Temanggung, Jawa Tengah.

Saat ini, ia mengaku sudah menanam sekitar 500 tanaman indigo di daerah Nongkojajar, Kecamatan Tutur serta di sekitar Lereng Gunung Arjuno.  Seluruh tanaman tersebut merupakan hasil dari kerja sama dengan beberapa pihak yang mendukung pengembangan tanaman ini.

“Kita sudah tanam sekitar 500 buah, dan ini memang baru akhir-akhir ini. Dan inilah awal langkah saya untuk mengembangkan indigo agar semakin banyak tersebar,” katanya.

Dijelaskan Ferry, bibit pohon indigo diperoleh dari biji buah indigo yang bentuknya seperti petai, namun ukurannya hanya hanya sebesar pangkal lidi. Dengan pewarnaan alami yang berasal dari daun indigo ini, jadilah batik yang berwarna emas biru, yang ia sebut dengan "Colour of The King"

“Colour of the king adalah istilah warna biru yang sangat elegan dan mahal, mengingat warna ini dipakai dalam pakaian raja-raja Jawa zaman dahulu,” ungkapnya.

Namun, sekalipun dominan biru, batik indigo pun bisa dicampur dengan warna lainnya. Untuk ini, Ferry pun tetap menggunakan pewarna alami, seperti dari kulit batang mahoni untuk warna coklatnya, serta daun mangga dan kulit kayu matoa. Sedangkan tanaman indigo diakuinya memiliki kekhasan tersendiri, lantaran punya daya rekat yang sangat cepat dan meski murah, tapi mengeliarkan warna yang mahal.

"Saya cuma melestarikan saja. Dulu batik Jawa semuanya pakai warna alam, salah satunya (daun) indigo, daun mangga dan kulit kayu mato. Warna indigo ini special karena warnanya yang sangat mahal,” singkatnya.

Untuk bisa menghasilkan warna emas biru, tidaklah mudah. Faktor cuaca sangat mempengaruhi keluarnya warna elegan ini, lantaran sangat dibutuhkan untuk proses pengeringan setelah proses celup selesai dilakukan.

Kata Ferry, proses celupan bisa memakan waktu dua minggu hingga satu bulan. Untuk sekali produksi dibutuhkan minimal 10 kilogram daun indigo basah. Untuk selanjutnya dari 10 kilogram daun bisa menghasilkan 1 kg campuran indigo.

"Satu kain itu butuh minimal 10 kilogram daun indigo basah. Dan kalau saya minimal 3 kwintal pengelolaan menjadi pasta indigo, hasilnya bisa 45 kilogram yang bisa digunakan pada 500 lembar kain," tutupnya.

Dengan mulai dikembangkannya indigo di Pasuruan, Ferry mengajak para pembatik lain untuk sama-sama melakukan apa yang ia lakukan.

“Perlu digerakkan di Pasuruan untuk mencukupi suistanable. Kalau semakin banyak, maka kita tidak kekurangan sumber pewarnaan,” tutupnya. (emil)

BAJU KOKO BATIK BORDIR MODEL TERBARU

GAMIS BATIK PANJANG MODEL TERBARU

BAJU KOKO KEMEJA KOKO BUSANA MUSLIM PRIA LENGAN PANJANG KOKO HADROH KOKO SYUBANUL MUSLIMIN MODEL TERBARU KOMBINASI BATIK

atasan batik wanita blouse model terbaru

Baju Kemeja Batik Slim Fit Pria Lengan Panjang Model Terbaru Full Furing Original

Kemeja Batik Slim Fit Pria Lengan Panjang Baju Batik Koko Cowok Model Kombinasi Terbaru

Batik Pria Kemeja Batik Slimfit Baju Batik Cowok Lengan Pendek Model Terbaru Original Premium

Baju Batik Model Terbaru Pria Cowok Slimfit Lengan Panjang Kualitas Modern Premium Lapis Furing Terbaru Original All Size

Baju Batik Keris Pria Lengan Pendek Premium Full Furing Batik Aluna Model Terbaru Original

Kemeja Batik Slimfit Pria Lengan Panjang model terbaru Exclusive

Belanja di App banyak untungnya:

Akhir-akhir ini timeline sosial media dikerubuti banyak sekali atensi masyarakat yang membicarakan sebuah warna kebiruan nila indigo yang konon katanya digunakan sebagai simbol pergerakan masyarakat untuk menolak sebuah dugaan undang-undang yang tidak sesuai dengan ideologi negara. Tetapi kita tidak akan fokus disitu, penulis hanya akan fokus pada pewarnaan indigo atau nila yang akhir-akhir ini memenuhi timeline sosial media. Sebenarnya apa itu warna nila indigo? Banyak sekali batik-batik berwarna nila indigo terbuat dari apakah bahan pewarnaan tersebut? Dan beberapa hal yang menarik untuk dibahas.

Sebelum itu, penulis akan menjelaskan definisi warna nila indigo atau warna kebiruan yang berarti spektral indigo yaitu warna pada spektrum yang panjang gelombangnya antara 450 dan 420 nanometer terletak diantara biru dan ungu. Kata “indigo” berasal dari nama tumbuhan dari genus Indigofera (terutama tarum, I. tinctoria) yang digunakan sebagai pewarna pakaian. Warna ini adalah salah satu dari tujuh warna dalam spektrum optik yang didefinisikan oleh Isaac Newton (Wikipedia).

Beberapa tanaman yang bisa memunculkan warna kebiruan atau indigo yang mudah ditemukan di lingkungan sekitar adalah daun indigofera dan bunga telang, keduanya memiliki warna alami yang unik yang seringkali digunakan masyarakat terutama industri batik nasional untuk mewarnai kain batik. Kelebihan pewarnaan alami menggunakan daun indigofera dan bunga telang adalah daya cengkram pada kainnya sangat kuat sehingga tidak menimbulkan potensi luntur yang ditakuti ibu-ibu rumah tangga ketika mencuci baju, tetapi pewarnaan alami ini terbatas sekali tidak bisa seluwes pewarnaan sintetis.

Indigo adalah warna istimewa. Tidak seperti sekarang, dulu hanya kalangan tertentu yang bisa mengenakan pakaian berwarna indigo. Itu karena pewarna indigo harus didatangkan jauh dari negara jajahan. Indigo sendiri berasal dari kata indikon dalam bahasa Yunani yang berarti India.

Pada abad pertengahan pewarna indigo diimpor secara besar-besaran untuk pasar Eropa. Namun kemudian surut pada pertengahan abad 20. Industri tekstil beralih memilih pewarna kimia karena lebih tahan lama, murah, dan bisa tersedia dalam jumlah besar.

Indigo sintetis diperoleh dari aniline pada 1878 yang merupakan senyawa turunan benzena. Proses pewarnaan sintetik diketahui berdampak buruk ke manusia dan lingkungan. Akibatnya pewarna alami kembali digandrungi. Terlebih kini diketahui tekstil yang diberi pewarna alami memiliki aktivitas antibakteri.

Article by Putra William Wiroatmojo, Batik Enthusiast.

Berikut spesifikasi batik : Bahan: katun Jenis batik: tulis Ukuran: 2,4 x 1,15 meter Harga: Rp 4.375.000,-

Tags: batik, pewarnaan batik, warna indigo

Belanja di App banyak untungnya:

Signifikansi Batik Indigo

Batik indigo memiliki makna yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Batik indigo sering dianggap sebagai warisan budaya yang harus dijaga dan dipelihara. Batik indigo juga memiliki nilai seni yang tinggi dan sering digunakan untuk membuat pakaian formal dan tradisional.

Selain itu, batik indigo juga memiliki makna simbolis. Warna biru yang dihasilkan dari pewarna alami indigo sering dianggap sebagai warna yang melambangkan kedamaian dan kesucian. Oleh karena itu, batik indigo sering digunakan dalam upacara adat dan acara keagamaan.

Di Indonesia, batik indigo juga dianggap sebagai lambang persatuan. Batik indigo sering dijadikan sebagai hadiah ken

Proses Produksi Batik Indigo

Proses produksi batik indigo melibatkan beberapa tahap yang rumit. Tahap pertama adalah mempersiapkan bahan-bahan dan alat-alat yang diperlukan. Bahan yang digunakan adalah kain putih yang dibuat dari bahan alami seperti kapas atau sutera. Alat-alat yang digunakan meliputi canting, lilin, dan pewarna alami indigo.

Tahap berikutnya adalah membuat desain batik pada kain dengan menggunakan lilin dan canting. Canting adalah alat khusus yang digunakan untuk membuat gambar pada kain. Lilin digunakan untuk membuat penghalang sehingga pewarna tidak menempel pada kain. Setelah selesai membuat desain, kain dicelupkan ke dalam pewarna indigo selama beberapa kali sampai warna yang diinginkan tercapai.

Setelah dicelupkan, kain diangin-anginkan dan kemudian dicuci untuk menghilangkan lilin. Setelah kain kering, gambar batik indigo yang indah terlihat pada kain.