Final Ucl 2024 Berapa Leg

UEFA Champions League 2024/25

Saksikan aksi bintang Eropa dan keseruan pertandingan UEFA Champions League 2024/25!

Jakarta (ANTARA) - Pertandingan leg pertama babak play-off Liga Champions (UCL) 2024/25 telah dimulai pada Rabu dini hari WIB (21/8), demikian yang dilansir laman resmi UEFA.

Ada tiga pertandingan yang dimainkan dalam duel leg pertama babak play-off UCL musim ini, di antaranya tuan rumah Lille sukses mengalahkan Slavia Praha lewat skor 2-0.

Dua gol Lille dicetak oleh Jonathan David dan Edon Zhegrova. Sementara pada pertandingan lainnya, Dinamo Zagreb berhasil menang atas Qarabag dengan skor meyakinkan 3-0.

Marko Pjaca menyumbangkan satu gol, ditambah sepasang gol dari Sandro Kulenovic. Adapun pada pertandingan lainnya, Bodo/Glimt menang tipis 2-1 atas Red Star.

Ada total 14 tim yang akan bermain di babak play-off, 10 tim dalam jalur Champions Path dan 4 tim di jalur League Path. UEFA menentukan posisi seeding berdasarkan ranking koefisien setiap tim.

Pertandingan play-off akan dimainkan dalam format dua leg kandang-tandang. Tim-tim yang memiliki nilai koefisien lebih tinggi akan bermain kandang di leg pertama.

Berikut hasil dan Jadwal Leg 1 Play-off UCL 2024/25:

Lille 2-0 Slavia Praha

Bodo/Glimt 2-1 Red Star Belgrade

Dinamo Zagreb 3-0 Qarabag

Kamis, 22 Agustus 2024

Pukul 02.00 WIB - Young Boys vs Galatasaray

Pukul 02.00 WIB - Midtylland vs Slovan Bratislava

Pukul 02.00 WIB - Dynamo Kiev vs Salzburg

Pukul 02.00 WIB - Malmo vs Sparta Praha

Pewarta: Hendri Sukma IndrawanEditor: Teguh Handoko Copyright © ANTARA 2024

Euro 2024 semi final teams results

3-0 vs Croatia (Berlin, 15 June)

1-0 vs Italy (Gelsenkirchen, 20 June)

1-0 vs Albania (Düsseldorf, 24 June)

4-1 vs Georgia (Cologne, 30 June)

2-1 aet vs Germany (Stuttgart, 5 July)

1-0 vs Austria (Düsseldorf, 17 June)

0-0 vs Netherlands (Leipzig, 21 June)

1-1 Poland (Dortmund, 25 June)

1-0 vs Belgium (Düsseldorf, 1 July)

0-0 aet 5-3p vs Portugal (Hamburg, 5 July)

1-0 vs Serbia (Gelsenkirchen, 16 June)

1-1 vs Denmark (Frankfurt, 20 June)

0-0 vs Slovenia (Cologne, 25 June)

2-1 aet vs Slovakia (Gelsenkirchen, 30 June)

1-1 aet 5-3p vs Switzerland (Düsseldorf, 6 July)

2-1 vs Poland (Hamburg, 16 June)

0-0 vs France (Leipzig, 21 June)

2-3 vs Austria (Berlin, 25 June)

3-0 vs Romania (Munich, 2 July)

2-1 vs Turkey (Berlin, 6 July)

Di final na Spain or France vs England or Netherlands: 8pm, WAT (Olympiastadion, Berlin)

Euro 2024 quarter final results

Portugal 0-0 France (3-5 pens)

England 1-1 Switzerland (5-3 pens)

Euro 2024 Semi final fixtures

1: Spain vs France: 8pm WAT (Allianz Arena, Munich)

2: Netherlands vs England: 8pm WAT (Westfalenstadion, Dortmund)

Euro 2024 Semi-final fixtures & quarter-final results

Wia dis foto come from, Getty Images

Out of di 24 teams wey start Euro 2024 competition na only four teams remain.

Di four teams na Spain, France, England and di Netherlands

England beat Switzerland on penalties on Saturday to book dia place for di final four.

Gareth Southgate team go jam di Netherlands wey come from behind to win Turkey 2-1 for di last round.

Many pipo dey tip Spain as di favourites to win di Euros sake of how dem qualify from tough group and dia four goals performance against Georgia for dia last-16 tie.

Also di kain way dem take win di host Germany for di quarter final wit die minute goal for extra time.

La Roja go face France next wey beat Portugal wit Penalties, Didier Deschamps team never score goal of dia own from open play for dis Euros.

tirto.id - Final Liga Champions UEFA (UCL) selama ini digelar di lokasi netral dengan format single leg dan hanya menjadi perebutan juara 1. Kenapa final UCL tidak pakai leg 2? Selain itu, kenapa tak ada perebutan juara 3?

Laga final Liga Champion menjadi satu-satunya pertandingan UCL yang tak digelar dalam 2 pertemuan (2 leg). Format final UCL dengan single leg ini berbeda dari skema yang ada di kompetisi antar-klub level tertinggi di beberapa benua lainnya.

Partai final kompetisi antar-klub level wahid di Afrika (CAF Champions League), Asia (Liga Champions AFC), serta Liga Champions CONCACAF (Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Karibia) hingga kini masih menggunakan format 2 leg (kandang-tandang).

Sementara itu, di Amerika Latin (Copa Libertadores), format final dengan dua leg sempat diberlakukan sejak 1960 sampai 2018. Di edisi-edisi Copa Libertadores berikutnya, skema final tak lagi sama karena berubah menjadi 1 leg di tempat netral, tepatnya mulai 2019.

Sejauh ini, belum ada penjelasan gamblang dari UEFA mengenai alasan utama final Liga Champions (UCL) hanya digelar dengan 1 leg di tempat netral. Demikian pula terkait tak adanya perebutan juara ke-3.

Hanya saja, terkait skema perebutan juara ketiga, sepertinya memang tak populer baik di kompetisi antar-klub level Eropa maupun benua yang lain.

Ketidakpopuleran itu terutama sekali di Eropa. Bahkan, sulit menemukan kompetisi atau turnamen elite di Eropa yang memakai skema perebutan juara 3, baik itu di level benua maupun negara.

Piala FA memang tercatat pernah menerapkan skema perebutan juara ketiga selama 5 musim, tetapi itu terjadi sudah lama sekali yakni pada periode 1970-1974. Dari laporan The Guardian, diketahui skema itu tak diterapkan lagi karena dinilai gagal menarik animo pendukung. UEFA pun pernah menerapkan skema perebutan juara ketiga, tapi sejak 1980 menghapusnya dari agenda turnamen dengan alasan yang mirip.

Kenapa Final UCL Tidak Pakai Leg 2?

Kenapa Final UCL Tidak Pakai Leg 2?

Final Liga Champions UEFA (UCL) sudah digelar dengan format 1 leg sejak awal kompetisi ini bergulir pada musim 1955/1956 silam.

Sebagai pengecualian, final Liga Champions 1973/1974 digelar dua kali. Namun, dua final itu terjadi karena laga pertama berakhir seri hingga babak tambahan usai, sementara tak ada skema adu penalti untuk penentuan hasil pertandingan.

Di final Liga Champions 1973/1974 yang pertama, Bayern Munchen dan Atletico Madrid bermain imbang 1-1. Lalu, di pada laga kedua, Bayern unggul 4-0.

Namun, pada awalnya, lokasi final Liga Champions bukan stadion di tempat netral. Salah satunya bahkan berlangsung di kandang salah satu tim.

Kompetisi Liga Champions UEFA (sebelum musim 1992–1993 bernama Piala Champions Eropa) edisi pertama digelar pada musim 1955/1956 dengan peserta 16 tim.

Liga Champions 1955/1956 berlangsung dengan sistem knock out 2 leg mulai dari babak 16 besar, 8 besar, hingga semifinal. Adapun babak final hanya digelar dengan 1 leg.

Final Liga Champions pertama itu mempertemukan Real Madrid vs Stade de Reims yang berakhir dengan skor 4-3. Laga final ini berlangsung di Parc des Princes, Prancis, lokasi yang notabene menjadi 'kandang' Stade de Reims.

Pada edisi ke-2 atau musim 1956/1957, final Liga Champions juga kembali digelar dengan lokasi di negara, bahkan kandang, salah satu tim. Saat itu, partai final antara Real Madrid vs Fiorentina berlangsung di Stadion Santiago Bernaebu, Madrid, Spanyol.

Baru di edisi ketiga (musim 1957/1958), pertandingan final Liga Champions berlangsung di tempat netral. Saat itu, Real Madrid bertemu AC Milan di final, dengan Stadion Heysel, Brussel, Belgia, menjadi lokasi pertandingan.

Tradisi menjadi salah satu faktor utama yang kemungkinan menyebabkan pertandingan final Liga Champions menggunakan format 1 leg.

Selain itu, secara prestise, final 1 leg juga dianggap lebih sarat gengsi. Dua tim finalis pun akan memiliki peluang yang relatif sama besar untuk memenangkan pertandingan.

Faktor kesiapan infrastruktur, sosial, dan ekonomi pun bisa menjadi alasan mengapa UEFA lebih memilih menggelar final 1 leg di tempat netral. Final dengan skema 1 leg tentu bisa membuat penyelenggaraan partai puncak lebih efisien.

Hal itu pula yang turut mendasari langkah CONMEBOL mendorong penerapan skema satu leg di final Copa Libertadores sejak 2019.

Format final Copa Libertadores 1 leg di lokasi netral kala itu diharapkan memacu progres pengadaan infrastruktur, serta mematangkan pengorganisasian dan keamanan laga.

“Final dengan satu pertandingan menjadi peluang besar bagi Amerika Selatan, lompatan besar ke depan untuk infrastruktur olahraga, organisasi acara, kontrol keamanan, hingga kenyamanan di stadion, dan promosi level regional dan dunia," kata presiden CONMEBOL Alejandro Dominguez saat itu seperti dilansir Eurosport.

Nyatanya final 1 leg juga tidak gampang digelar di Amerika Selatan. Final perdana dengan 1 leg di Copa Libertadores 2019 sempat digeser lokasinya, dari semula di Chile beralih ke Peru. Sebabnya, terjadi kerusuhan di Chile menjelang final Copa Libertadores 2019.

Sekalipun demikian, format 1 leg untuk final Copa Libertadores dengan lokasi netral tetap dipakai hingga sekarang.

Sementara itu, di Liga Champions AFC (LCA), format pertandingan final sempat beberapa kali berganti dari 2 leg menjadi 1 leg atau sebaliknya, sejak ajang ini digelar pada 1967.

Ketika final LCA memakai format 1 leg pun muncul pergantian skema pilihan lokasi laga. Misalnya, laga final LCA 2012 bertempat di markas salah satu finalis yang ditentukan via undian. Skema ini berbeda dari skema edisi 2009 dan 2010 yang menempatkan final di lokasi netral.

Gonta-ganti format final LCA itu hanya berlangsung sampai 2012. Sejak edisi 2013, laga final LCA diputuskan memakai format 2 leg (kandang-tandang). Format ini masih berlaku sampai sekarang, termasuk pada musim 2023/2024 mendatang.

Salah satu faktor yang melatarbelakangi keputusan AFC adalah potensi pendapatan dari penjualan tiket final LCA. Dengan format 2 leg, hasil penjualan tiket final tentu akan lebih besar. Secara euforia, final 2 leg juga memungkinkan laga akan dihadiri pendukung lebih banyak.

Di benua Eropa, faktor di atas kemungkinan tidak terlalu menjadi pertimbangan. Dari satu laga final UCL saja, pemasukan dari penjualan tiket sudah tinggi bagi penyelenggara. Hal ini belum pendapatan dari sumber lain, seperti sponsor.

Sebagai ilustrasi, pada musim 2020/2021, juara UCL mendapatkan hadiah 23 juta dolar AS (Rp341 miliar), sementara 12 juta dolar AS untuk runner up (Rp178 miliar). Ini belum termasuk pendapatan lain di luar kompetisi yang diperoleh masing-masing klub.

Angka itu jauh di atas hadiah untuk juara LCA 2021 yang sekitar, 4 juta dolar AS (Rp 59 miliar) udan 2 juta AS (Rp29 miliar) bagi runner up.

Perbedaan mencolok itu tentu berkaitan dengan tidak samanya level pamor UCL dan LCA. UCL jelas memiliki pamor jauh lebih tinggi, bahkan paling bergengsi dibandingkan ajang serupa di benua-benua lainnya.

You've reached your device limit

UEFA Champions League 2024/25

Saksikan aksi bintang Eropa dan keseruan pertandingan UEFA Champions League 2024/25!